Kamis, 22 Mei 2014

Pacaran yang sehat




Pacaran yang baik yang bagaimana?

Karena tujuannya adalah menemukan pasangan hidup yang tepat sebelum memasuki jenjang perkawinan dan membentuk keluarga yang bahagia, pacaran yang sehat melibatkan sebuah proses. Proses untuk saling mengenal dan mengerti satu sama lain, mengembangkan sikap saling menerima kelemahan dan kelebihan satu sama lain, latihan mengendalikan diri dan bertanggung jawab, latihan untuk berbagi, untuk mendahulukan kepentingan pihak lain dalam semangat saling melayani, latihan menikmati
kebersamaan dan berbagi sukacita bersama. Dan tak kalah penting dari semuanya, latihan menjaga kemurnian. Karena “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. “(1 Tes 4 :7)

Proses sedemikian itu memerlukan kematangan dan pada gilirannya juga akan mengembangkan kematangan dari dua insan yang berpacaran. Menjadi makin matang, bertangunggjawab, dan lebih tidak mementingkan diri sendiri adalah beberapa indikator yang baik dari sebuah pacaran yang sehat. Aspek-aspek yang dipelajari dalam sebuah proses saling mengenal itu misalnya seperti di bawah ini:

1. Belajar untuk mencintai
Dalam berpacaran yang baik, cinta yang menerima (eros) dikembangkan sedikit demi sedikit menjadi cinta yang memberi, dan tidak bersyarat (agape).[1] Cinta itu memberi. Sejak kecil, kita telah menerima cinta dan mengalami dicintai oleh orangtua dan saudara-saudara dalam keluarga. Semakin kita tumbuh besar, kita pun merespon cinta yang kita terima itu dengan tindakan dan perasaan mencintai yang sama. Semua itu sebenarnya adalah cinta Tuhan yang membara kepada kita. Namun cinta yang diajarkanNya adalah memberi tanpa syarat, yaitu dengan tulus demi kebaikan dan kepentingan pihak yang dicintai. Cinta yang sedemikian ini tidak diberikan hanya kalau pihak yang diberi melakukan hal-hal yang sesuai dengan yang kita mau, tetapi memberi karena cinta itu sendiri menggerakkan kita memberi karena mengasihi, menerima dan menghormati pacar kita apa adanya.

2. Belajar membedakan hak dan kewajiban
Karena sudah menjadi kekasih dan merasa saling memiliki, bukan berarti kita dapat berbuat apa saja dengan pacar kita dan menuntut pacar kita melakukan apa pun yang kita inginkan. Kadang-kadang atas nama cinta, kita terjebak dalam relasi yang saling menuntut dan bukannya saling memberi. Pemuda dan pemudi wajib untuk saling melindungi, selain secara fisik dan mental, juga terutama dalam hal menjaga kemurnian satu sama lain. Jika pemuda meminta pacarnya melakukan hubungan badan, itu bukan dalam rangka menuntut haknya, justru melanggar kewajibannya untuk menjaga kemurnian pacarnya. Jika pemudi memanfaatkan pacarnya untuk kesenangannya sendiri misalnya minta diantar ke manapun tanpa ingat waktu dan kesibukan sang pacar, minta dibelikan makanan atau benda yang mahal, maka semua itu bukan haknya untuk dipenuhi. Hak yang sehat untuk dipenuhi misalnya adalah hak untuk berdiskusi mengenai rencana masa depan (ingatlah bahwa perkawinan Katolik adalah tak terceraikan, perkawinan adalah untuk selamanya, sehingga sangat penting selama masa-masa belajar berkomitmen di masa pacaran, sepasang kekasih mengeksplor seluas-luasnya ketrampilan untuk saling memahami dan menerima satu sama lain, saling mengungkapkan harapan dan kebutuhan, di dalam konteks perencanaan masa depan berdua), kemudian hak untuk tetap saling mempunyai kebebasan dan waktu-waktu sendiri bersama keluarga atau teman baik, hak untuk tetap menjadi diri sendiri, hak untuk tetap mempunyai hobi masing-masing, dan hak untuk mempunyai waktu khusus bagi Tuhan. Hal semacam ini menjadikan pacaran mendewasakan kita, mari merenungkan lebih lanjut tentang hal ini, dalam 2 Pet 1 : 5-7, “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.”

3. Belajar menjadi realistis
Walaupun sedang dalam suasana asmara dan romantisme, pasangan yang berpacaran tetap tidak boleh melupakan realitas kehidupan, yang tidak selalu segalanya manis, romantis dan berbunga-bunga setiap waktu. Maka waktu-waktu berdua hendaknya jangan hanya dihabiskan dengan kegiatan yang sifatnya hanya bersenang-senang seperti rekreasi, makan di restoran, nonton bioskop, berjalan-jalan di pertokoan, atau berbelanja berdua saja. Sesekali luangkan waktu mengunjungi saudara atau teman yang sedang mengalami kesusahan atau sakit, memberikan perhatian kepada orang-orang yang kesepian atau sudah lanjut usia, dan beribadah bersama. Maka sangatlah baik jika pasangan adalah pemuda pemudi yang seiman dalam Kristus, karena kegiatan merayakan Misa berdua dan melakukan pelayanan kasih bersama teman-teman OMK menjadi lebih dimungkinkan.

Sumber: Situs Katolisitas

1 komentar:

  1. Las Vegas casino: $200K jackpot for Caesars'
    The winning SuperLotto Plus ticket matched all six numbers 동해 출장안마 (Jackpot number 1, 안양 출장안마 Mega 계룡 출장마사지 Ball 세종특별자치 출장샵 number 2, 의왕 출장샵 Super Ball number 3, and

    BalasHapus